Author Archives: admin

  • -

Selamat Atas Terpilihnya Ketum Baru Masata

Selamat atas terpilihnya Ketua Umum MASATA periode 2021-2024

Ir. Priskhianto


  • -

Siaran Pers : 3.000 Pelaku Pariwisata Sulawesi Utara Jalani Vaksinasi

SIARAN PERS
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF/BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
3.000 Pelaku Pariwisata Sulawesi Utara Jalani Vaksinasi
Manado, 5 Maret 2021 – Sebanyak 3.000 pelaku usaha sektor pariwisata dan ekonomi kreatif serta masyarakat sadar wisata (MASATA) di Sulawesi Utara menjalani vaksinasi dalam program vaksinasi Tahap 2 dari pemerintah. Sebanyak 300 orang diantaranya menjalani vaksinasi hari ini, Jumat (5/3/2021), di Graha Bumi Beringin, Kota Manado.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melihat langsung berjalannya proses vaksinasi. Didampingi Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven Kandouw, Menparekraf Sandiaga melihat alur vaksinasi mulai dari pendaftaran, proses skrining, dan observasi.
“Program vaksinasi ini dapat terlaksana berkat dukungan dari Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Kami mengucapkan terima kasih atas mobilisasi yang terus bergerak, dan hari ini pelaku pariwisata mendapatkan vaksinasi di Graha Bumi Beringin, Kota Manado,” kata Menparekraf Sandiaga Uno saat meninjau “Pencanangan Vaksinasi COVID-19 Bagi Pelaku Usaha Pariwisata di Provinsi Sulawesi Utara”.

Sulawesi Utara, tepatnya Likupang, merupakan salah satu dari lima destinasi super prioritas yang ditetapkan pemerintah. Melalui program vaksinasi ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif untuk segera bangkit.
Sandiaga menekankan kembali pentingnya penerapan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin. Karenanya ia mengatakan, Kemenparekraf/Baparekraf akan terus meningkatkan dan mendorong penerapan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) dan 3T (testing, tracing, treatment) di masing-masing destinasi wisata.
“Hal ini merupakan bentuk dukungan dan keberpihakan pemerintah kepada pelaku usaha khususnya sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang terdampak pandemi COVID-19. Saya optimistis dengan kolaborasi ini, di tahun 2021 ini industri pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia khususnya di Provinsi Sulawesi Utara akan bangkit kembali seiring dengan dilaksanakannya program vaksinasi ini,” kata Sandiaga.
Ia pun berharap program ini dapat mendorong pemerintah daerah lainnya untuk melakukan hal yang sama dengan memprioritaskan tenaga kerja industri pariwisata dan ekonomi kreatif agar dapat menggeliatkan dan memulihkan perekonomiannya kembali.
“Mari kita upayakan untuk menekan terus penularan COVID-19, kita bangkitkan ekonomi dengan penuh kehati-hatian dengan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin,” kata Sandiaga.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengemukakan, efektivitas dari vaksin atas timbulnya imun baru akan efektif timbul pada 28 hari setelah suntik kedua. Karena itu, Menkes menjelaskan, kesadaran dari masyarakat atas penerapan protokol kesehatan harus benar-benar dijalankan dengan baik.

“Vaksinasi itu tidak 100 persen memproteksi kita untuk tidak kena virus. Namun dapat menekan probabilitas atau risiko kita untuk sakit. Jadi kita tetap harus menerapkan protokol kesehatan dengan baik,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Sementara Wakil Gubernur Sulawesi Utara, Steven Kandouw, mengemukakan, proses vaksinasi di Sulawesi Utara berjalan dengan baik. Di tahap pertama terdapat 22 ribu vaksin yang diterima pemerintah daerah, dan sebanyak 64 ribu di tahap kedua.
“Kita memberi apresiasi karena regulasinya yang cepat, langsung diberikan kepada antara lain pelaku pariwisata. Dengan ini kita ada titik cerah kita semua di Sulawesi Utara untuk cepat mengatasi permasalahan karena COVID-19 ini,” kata Steven Kandouw.
Salah seorang pekerja pariwisata yang menerima vaksin, Olivia, bersyukur karena pelaku usaha pariwisata mendapat prioritas vaksin. Hal ini tentunya akan berdampak positif pada kebangkitan pariwisata dan ekonomi kreatif, khususnya di Sulawesi Utara.
“Saya merasa senang mendapatkan giliran vaksin, karena kita sering bertemu banyak orang termasuk wisatawan. Dengan adanya vaksin ini saya merasa aman dan merasa safety, meski penerapan protokol kesehatan juga tetap harus dijaga,” kata Olivia, pekerja pariwisata di Ibis Manado.
Agustini Rahayu
Kepala Biro Komunikasi
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Sumber : www.kemenparekraf.go.id

  • -

Endorse Kopi Masata, Sandiaga Uno Terharu Lihat Gigihnya Pelaku Pariwisata Sulut

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno terharu melihat gigihnya para pelaku pariwisata Sulawesi Utara (Sulut) agar tetap survive di tengah pandemi Covid-19. Lewat arena mini expo Masata Care di pelataran lobi Peninsula hotel Manado kerja keras pelaku pariwisata itu terlihat. Acara yang digelar  Sabtu (6/3/2021) malam tersebut, Sandiaga Uno tak sekadar membuka acara itu namun ikut mengendorse kopi Masata, salah satu produk kopi pengrajin lokal dari Minahasa binaan DPD masyarakat sadar wisata (Masata) Sulut.

“Ayo dibeli dan minum, kopi Masata,” kata  Sandiaga Uno disambut aplaus pengunjung dan pengurus Masata. Wakil Sekretaris DPD Masata Sulut, Meivi Lumangkun yang  mendampingi pengrajin kopi itu mengaku bahagia kopi ini bisa diproduksi.

“Di era pandemi ini banyak ide kreatif lahir dari pengrajin termasuk lahirlah kopi Masata yang dibina asosiasi kami,” kata Meivi.

Dalam acara malam itu, Masye Wowiling selaku Kordinator Divisi Bisnis DPD Masata Sulut menjelaskan kepada Menteri Sandiaga Uno dan Bupati Minut Joune Ganda, jika even Masata Care merupakan acara pameran produk kerajinan oleh sejumlah pelaku pariwisata Sulut.

Sumber : https://sulut.inews.id/


  • -

Industri Pariwisata Indonesia Siap Gunakan GeNose C-19

“Stakeholder kepariwisataan Indonesia siap mempromosikan dan menggunakan GeNose C19 dalam menyongsong kebangkitan pariwisata Indonesia di tengah pandemi ini.

Bukan hanya GeNose C19 terbukti efektif mendeteksi virus Corona Covid-19 dengan cara mudah dan biaya yang murah, namun alat ini adalah buah karya Anak Negeri sendiri.”

Demikian dikatakan Sapta Nirwandar, Chairman of Indonesia Tourism Forum, dalam acara Hybrid Launching GeNose C19 Inovasi Indonesia untuk Kepariwisataan Indonesia, yang diselenggarakan oleh Indonesia Tourism Forum bekerjasama dengan ACCOR Group, dan didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Perdagangan, di Hotel Raffles Jakarta (19/2).

GeNose C19 merupakan singkatan dari Gadjah Mada Electronic Nose. Alat yang dikembangkan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) dan didukung penuh oleh Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 yang berada di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN ini mampu mendeteksi Covid-19 melalui hembusan napas.

GeNose bekerja mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama nafas melalui hembusan nafas ke dalam kantong khusus.

Selanjutnya diidentifikasi melalui sensor-sensor yang datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence).   Ketertarikan lain industri pariwisata menggunakan GeNose C19 juga karena alat pendeteksi Covid-19 ini memiliki tingkat akurasi tinggi, yakni hingga di atas 95 persen.

Penggunaannya pun hanya membutuhkan waktu kurang dari 3 menit untuk mengetahui hasilnya (skrining Covid-19 menggunakan GeNose).   “Kenyamanan penggunaan GeNose C19 inilah yang membuat kami, insan pariwisata Indonesia, akan menggunakannya di seluruh destinasi wisata baik hotel, restoran, event pameran, spa, café, tempat-tempat hiburan seperti bioskop, tempat rekreasi dan sebagainya,” sambung Sapta Nirwandar.

Hybrid Launching GeNose C19 Inovasi Indonesia untuk Kepariwisataan Indonesia ini dihadiri oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga serta Kepala Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kementerian Kesehatan Vivi Setiawaty serta berbagai asosiasi besar dan pelaku industry pariwisata, seperti PHRI, ASITA, INACEB, ASTINDO, MASATA, INTOA, INACA, IPI, APPBI, HIPPINDO, ASPERAPI, FOKBI dan JTF.   Menristek Bambang Brodjonegoro memberikan apresiasi atas launching GeNose C19 untuk kepariwisataan Indonesia.

“Tepat sekali Pak Sapta Nirwandar mengundang seluruh asosiasi pariwisata, karena industry pariwisata yang paling menderita terdampak pandemic Covid-19.

Sektor pariwisata menggunakan GeNose C19 untuk hidupkan industry pariwisata karena GeNose C19 bisa lakukan skrining Covid-19 secara massif dengan cepat, nyaman dan harga terjangkau,” lanjut Bambang Brodjonegoro dan secara resmi melaunching penggunaan GeNose C19 Inovasi Indonesia untuk Kepariwisataan Indonesia.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno memberikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh insan pariwisata Indonesia atas dukungannya terhadap GeNose C19.

“Saya ucapkan selamat dan sukses atas launching GeNose C19 untuk pariwisata Indonesia, semoga dapat mempercepat kebangkitan industry pariwisata,” demikian Menparekraf Sandiaga Uno menyatakan kegembiraannya.

Di tempat yang sama, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menyatakan kebanggaannya atas kehadiran GeNose C19 ini.

“Saya bangga atas diluncurkannya GeNose C19 yang merupakan inovasi negeri sendiri, dari oleh dan untuk Indonesia,” kata Jerry Sambuaga disambut applause peserta yang hadir di Raffles Hotel.

Acara Hybrid Launching GeNose C19 yang juga didukung oleh Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) ini diakhiri dengan Penandatanganan Nota Dukungan dari Asosiasi Pariwisata Indonesia kepada Menteri Riset dan Teknologi, Menteri Kesehatan, serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk kesediaan mempromosikan dan memanfaatkan GeNose C19 untuk Kepariwisataan Indonesia.

Asosiasi Pariwisata Indonesia yang hadir menandatangani Nota Dukungan adalah:

1. Haryadi Sukamdani, Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI)

2. Nunung Rusmiati, Chairman Association Of The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA)

3. Budi Tirtawisata, Ketua Indonesian Convention & Exhibition Bureau (INACEB)

4. Elly Hutabarat, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan Indonesia (ASTINDO)

5. Panca Sarungu, Ketua Masyarakat Sadar Wisata (MASATA)

6. Ricky, Sekretaris Umum Indonesia Inbound Tour Operator Association (INTOA)

7. Denon Prawiraatmadja, Ketua Indonesia National Air Carrier Association (INACA)

8. I Gede Susila Wisnawa, Ketua Umum Insan Pariwisata Indonesia (IPI)

9. Alphonzus Widjaya, Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia  (APPBI)

10. Budihardjo Iduansjah, Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO)

11. Hosea Andreas Runkat, Ketua Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (ASPERAPI)

12. Lily G Karmel, Federasi Olahraga Kreasi Budaya Indonesia (FOKBI)

13. Salman Dianda Anwar, Ketua Jakarta Tourism Forum (JTF)

Editor: Ramdan

Sumber : https://zonabandung.com/


  • -

Masata Gagas Festival Desa Wisata Nusantara di Belitung, Kemenparekraf Berikan Dukungan

JAKARTA – Dewan Pengurus Cabang (DPC) Masyarakat Sadar Wisata (MASATA) Kabupaten Belitung menyatakan siap menyelenggarakan Festival Desa Wisata Nusantara.

Rencananya, Festival Desa Wisata Nusantara digelar pada 30 Maret-3 April 2021 di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Adapun rangkaian acaranya meliputi kegiatan pelatihan/workshop, pameran, dan kunjungan desa wisata.

Rencana kegiatan Festival Desa Wisata Nusantara tersebut terungkap saat Ketua DPC MASATA Kabupaten Belitung Saifuddin Al Mughniy dan Panitia Pelaksana Festival Desa Wisata Nusantara yang didampingi Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat MASATA Panca Rudolf Sarungu melakukan udiensi dengan Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) Wisnu Bawa Tarunajaya di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Jumat (22/1/2021).

Dalam penjelasannya, Ketua DPC MASATA Kabupaten Belitung Saifuddin Al Mughniy meyakini kegiatan pariwisata dalam event nasional di Kabupaten Belitung itu dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat, terutama jenis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM ) sektor ekonomi kreatif, untuk kesejahteraan rakyat dan pembangunan wilayah yang bertumpu dan memberdayakan masyarakat seperti masyarakat yang bertempat tinggal di dalam wilayah destinasi pariwisata dan diprioritaskan untuk mendapatkan manfaat penyelenggaraan kegiatan pariwisata di tempat tersebut.

Ia menyampaikan hingga kini tercatat lebih 56 jajaran MASATA di kepengurusan level daerah/cabang seperti Sulawesi, Wakatobi, Maluku, Halmahera, Bogor, Jawa Tengah, Jawa Timur, Makassar, Toraja, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Riau, dan Jambi menyatakan siap untuk hadir.

“Pengurus lainnya juga menujukan ketertarikan untuk berpartisipasi di Negeri Laskar Pelangi nanti,” ujar Saifuddin Al Mughniy.

Saifuddin Al Mughniy juga menjelaskan, berbagai macam kegiatan wisata tersebut didukung fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Belitung,
dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepulauan Bangka Belitung.

“Kami sangat mendukung Festival Desa Wisata Nusantara sebagai terobosan untuk memulihkan kegiatan ekonomi daerah, mengingat Bangka Belitung memiliki potensi pariwisata berskala dunia,” katanya.

Menurutnya, Bupati Belitung Sahani Saleh mengapresiasi langkah DPC MASATA Kabupaten Belitung untuk mengambil bagian dalam pembangunan kepariwisataan yang bertumpu kepada keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan Kabupaten Belitung. Bahkan Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung memasukkan event nasional Festival Desa Wisata Nusantara dalam kalender kegiatan kepariwisataan.

“Belitung bersiap menjadi destinasi unggulan, baik nasional maupun internasional. Event nasional ini capaian terbesar Belitung yang akan menerima status UGG (United Global Geopark) dari UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) yang direncanakan bulan April 2021,” pungkasnya mengutip pernyataan Bupati Belitung.

Ketua DPP MASATA, Panca Rudolf Sarungu menyampaikan kegiatan Festival Desa Wisata Nusantara tersebut merupakan keseriusan MASATA sebagai komunitas dalam rangka mendorong tumbuh kembangnya destinasi pariwisata dan ekonomi kreatif di tengah masa pandemi.

“Percepatan pemulihan ekonomi masyarakat saat ini di UMKM bisa dimulai dari desa wisata. Pengurus MASATA siap turun ke desa. Saat ini pengurus MASATA hadir di 75 kabupaten/kota dan akan dilantik 20 DPD/DPC baru secara hybrid di Kalimantan Timur minggu depan,” katanya.

MASATA sebagai bagian GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) akan menjadi team player, karena dengan 244 jumlah desa wisata maka rencana besar pemerintah tidak mungkin dilakukan sendiri. Idealnya government lead, industry supporting.

Menurut Panca, minat perjalanan wisatawan Nusantara semakin membaik. Mereka memperhatikan protokol kesehatan yang ketat. Namun desa wisata belum pulih sebagai destinasi seperti masa sebelum pandemi.

Untuk itu lanjut dia, penyiapan desa wisata di seluruh Indonesia sangat penting melalui kegiatan yang terstruktur dan sistimatis dalam menerapkan CHSE (Cleanliness, Health , Safety, dan Environment Sustainability) atau K4 (Kebersihan, Kesehatan, Keamanan, dan Keberlanjutan Lingkungan ).

“Kami juga menghimbau jaringan hotel bintang empat dan lima yang dekat ke desa wisata bersama BUMN (Badan Usaha Milik Negara) bidang pelayanan untuk ikut memberikan bantuan pelatihan penerapan layanan CHSE di desa desa wisata,” pungkas Panca Rudolf Sarungu.

Sementara itu, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf, Wisnu Bawa Tarunajaya menyatakan kegembiraannya atas inisiatif MASATA sebagai komunitas pelaku, pemerhati, dan pecinta pariwisata untuk berpartisipasi dalam mempersiapkan 244 desa wisata mandiri, 150 di antaranya dalam lima super prioritas dan sisanya di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan beberapa kawasan lain yang berpotensi wisata.

“Kami akan terus mendukung komunitas yang mendukung terwujudnya 244 desa wisata mandiri dan desa wisata lainnya yang mungkin sedang bertumbuh. Kesadaran Masyarakat di Belitung sangat penting karena termasuk 10 destinasi prioritas nasional dengan potensi pariwisata seperti beberapa geosite di beberapa kawasan,” pungkasnya. (rls/rin)

Sumber : https://lelemangura.com/


  • -

Nikmati Pesona Sungai, Danau, Rawa, Tanjung, Pesut dan Kehidupan Nelayan Di Pela dan Sekitarnya

Desa Pela yang berada di kecamatan Kotabangun, Kabupaten Ku- tai Karatnegara, Provinsi Kalimantan Timur adalah sebuah desa yang unik, karena berada dalam irisan antara Sungai Pela, Danau Semayang dan hamparan rawa. Berada dalam pertemuan 3 ekosistem air maka Desa Pela mempunyai kelimpahan keanekaragaman hayati berbasis air.

Salah satu yang paling besar adalah keberadaan Pesut Mahakam. Desa Pela memperkuat diri sebagai Kampung Nelayan (air tawar) dan mengembangkan diri menjadi Desa Wisata adalah sebuah pilihan yang tepat bagi desa ini untuk membangun masa depan dan keberlanjutan masyarakatnya.

Tentu yang dibangun adalah wisata dengan minat khusus yaitu ekowisa- ta. Wisata yang berbasis pada alamnya yaitu Sungai, Danau dan Rawa. Dan bukan semata pada keindahan atau kekayaannya saja melainkan juga interaksi antara warganya dengan lingkungan hidupnya yang mem- bangun nilai-nilai sosial dan kultural. Konsep pariwaisata yang diusung pada Desa Pela adalah konsep ekowisata yang bermuatan kearifan lokal dan konservasi ekologi. Ekowisata bukanlah wisata buatan atau dibuat buat.

Apa yang ditampilkan adalah realita kehidupan dan alam. Bahwa yang disebut kekayaan alam bukan sekedar untuk diekstrak, diperas ha- bis melainkan mesti dimanfaatkan secara bijak bukan sekedar sebagai penghasil uang melainkan juga pengetahuan dan kebijaksanaan.

Desa Pela sedang berjuang untuk membangun kehidupan dan kese- jahteraan bersama dengan basis ekonomi sirkular ekonomi yang tidak menghasilkan sampah dan limbah. Tentu saja ini adalah sebuah per- juangan yang tidak mudah mengingat model produksi dan konsumsi di era ini yang serba instan. Dengan jejaring dan dukungan yang coba dan telah dibangun niscaya cita cita itu akan bisa dicapai.

Kabupaten Kutai Kartanegara

Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan sebuah kabupaten di Kalimantan Timur, Indonesia. Ibu kota berada di Kecamatan Tenggarong. Kabupaten Kutai Kartanega- ra memiliki luas wilayah 27.263,10 km² dan luas perairan sekitar 4.097 km² yang dibagi dalam 18 wilayah kecamatan dan 237 desa/ kelurahan dengan jumlah penduduk menca- pai 645.817 jiwa (sensus 2014).

Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan kelanjutan dari Kabupaten Kutai sebelum terjadi pe- mekaran wilayah pada tahun 1999. Ber- dasarkan data yang ada, wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki 31 sungai besar dan kecil, Dari sungai-sungai tersebut yang tersebar dan terpanjang adalah Sungai Ma- hakam sebagai Wilayah Sungai Strategis Nasional dengan DAS meliputi DAS Ma- hakam, DAS Semboja, DAS Senipah, dan DAS Semoi.

Aliran Sungai Mahakam yang lebar dan ten- ang memberikan pengaruh yang sangat be- sar terutama bagi kegiatan sosial ekonomi masyarakat. potensi air sungai yang men- galir sepanjang sungai dan anak Sungai Ma- hakam ini dapat diakibatkan oleh penggu-naan wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang merupakan kawasan hutan, sehingga sangat berpotensi untuk daya resap air (in- filtrasi) di wilayah ini dan selanjutnya meng- hasilkan volume/debit air yang sangat besar di daerah hulu.

Bagi kepentingan sosial ekonomi dan san- itasi masyarakat, sungai/anak Sungai Ma- hakam hingga saat ini dimanfaatkan sebagai air baku bagi penyediaan air minum pen- duduk di sepanjang wilayah yang dilaluinya. Sedangkan lebar dan dalamnya sungai dija- dikan sarana esensial bagi kegiatan trans- portasi air sebagai transportasi lokal mau-pun antar wilayah (transportasi regional).

Penduduk yang bermukim di wilayah ini ter- diri dari penduduk asli (Kutai, Benuaq, Tun- jung, Bahau, Modang, Kenyah, Punan dan Kayan) dan penduduk pendatang seperti Jawa, Bugis, Banjar, Madura, Buton, Timor dan lain-lain. Pola penyebaran penduduk sebagian besar mengikuti pola transportasi yang ada. Sungai Mahakam merupakan jal- ur arteri bagi transportasi lokal. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar pemukiman penduduk terkonsentrasi di tepi Sungai Ma- hakam dan cabang-cabangnya.

Kecamatan Kota Bangun

Kota bangun merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah tengah kabupaten Kutai Kartanegara. Sebagian wilayah kecamatan Kota Bangun dibelah oleh Sungai Mahakam dan Sungai Belayan serta terletak di tepi Danau Semayang dan Danau Melintang. Pola penyebaran penduduknya pun terkonsentrasi di sepanjang sungai maupun da- nau tersebut.

Secara administratif, kecamatan Kota Bangun terb- agi dalam 20 desa yakni Benua Baru, Kedang Ipil, Kedang Murung, Kota Bangun I, Kota Bangun II, Kota Bangun III, Kota Bangun Ilir, Kota Bangun Se- berang, Kota Bangun Ulu, Liang, Liang Ulu, Loleng, Muhuran, Pela, Sarinadi, Sebelimbingan, Sedulang, Sukabumi, Sumber Sari, dan Wonosari.

Hal yang menarik dari Kota Bangun adalah wisa- ta airnya yang tersebar di beberapa wilayah pemukiman penduduk. Danau Melintang, adalah salah satunya. Tempat wisata yang begitu teduh ini menyimpan keindahan yang tiada duanya keti- ka matahari baru akan terbit dan menjelang teng- gelam.

Desa Pela – Kota Bangun

Desa Pela adalah salah satu desa di wilayah kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Desa Pela terdapat di hilir Danau Semayang, tepatnya di Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara. Desa Pela dihuni sekitar 153 KK atau 555 jiwa penduduk. Secara umum mayoritas penduduk di desa ini berasal dari Suku Banjar, Kalimatan Selatan.

Kendati demikian, warga di sana juga mahir berbahasa Kutai. Mereka hidup sebagai nelayan. Desa ini melalui Kepala Desa dan Badan Pemberdayaan Desa, telah men- canangkan Desa Pela sebagai Desa Wisata berbasis Desa Nelayan.

Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki potensi wisaya alam yang eksotik. Pengunjung bisa menikmati pemandangan sunset (ma- tahari terbenam) dan fauna endemik, Pesut Mahakam dari pinggir Danau Semayang.

Konsep Desa Wisata

Daya tarik utama dari sebuah Desa Wisata adalah kehidupan warga desa yang unik dan tidak dapat ditemukan di perko- taan. Wisata pedesaan merupakan aktivitas yang dilakukan disuatu Desa Wisata. Inti utama dari wisata pedesaan ada- lah aktivitas warga pedesaan yang unik. Wisata pedesaan memberikan kesempatan masyarakat kota untuk mengenal kehidupan pedesaan melalui aktivitas-aktivitas tersebut. Wisata pedesaan mampu memberikan manfaat sosial bagi masyarakat desa seperti kesempatan untuk berinteraksi dengan orang dari luar desa, kemampuan untuk bersosialisa- si, dan membuka wawasan lebih luas mengenai dunia. Selain itu, wisata pedesaan juga mampu memberikan keuntungan secara ekonomi.

Seiring berkembangnya waktu dengan meluasnya definisi pariwisata, daerah tujuan wisata juga semakin berkembang. Salah satu daerah tujuan wisata yang menjadi alternatif bagi wisatawan yang penat dan bosan dengan hiruk pikuk kehidupan perkotaan serta penurunan kualitas lingkungan kota, adalah pariwisata pedesaan atau yang biasa disebut desa wisata.

Desa wisata dibentuk dengan mengedepankan gaya hidup dan kualitas dan kebudayaan hidup masyarakatnya serta pel- ibatan masyarakat setempat dan pengembangan mutu pro- duk desa wisata tersebut. Desa wisata dibangun dengan kon- sep kembali ke alam serta menawarkan pengalaman tentang kehidupan masyarakat yang lebih alami serta menampilkan kekayaan kebudayaan daerah setempat.

Pela Sebagai Desa Wisata

Bupati Kutai Kartanegara Bapak Edi Damansyah, meresmi- kan Desa Pela sebagai Desa di Kabupaten Kutai Kartanega- ra. Peresmian itu dilaksanakan di tepi Danau Semayang Desa Pela Kecamatan Kota Bangun, pada hari Minggu 16 Juni 2019 tempo lalu yang ditandai dengan penandatanganan Prasas- ti. Bupati Edi Damansyah menyampaikan rasa bangga, dan apresiasi yang kepada Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Pela, yang telah mampu membangun komunikasi dan kerjasama yang baik dengan unsur Pemerintahan Desa Pela, baik Pemerintah Desa maupun Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan lembaga Desa lainnya, sehingga acara itu dapat berlangsung dengan baik.

Dengan sinergi dan dukungan yang kuat dari Kepala Desa, lembaga masyarakat desa dan segenap warga masyarakat lainnya, menjadi modal dasar yang mengantarkan Pela men- jadi Desa Wisata ke-tiga yang diresmikan di Kabupaten Kukar, setelah Desa Sumber Sari Kecamatan Loa Kulu pada 2014 dan Desa Kedang Ipil Kecamatan Kota Bangun pada 2016.

Kegiatan pembinaan dan pendampingan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten, Dinas Pariwisata dan Kampus Politeknik Negeri Samarinda lebih merupakan peletak dasar dan pendampingan bagi spirit pengembangan Desa Wisata. Terwujudnya Desa Wisata ini sangat dipengaruhi oleh keak- tifan dan semangat membangun desa, dari jajaran lembaga penggerak masyarakat desa beserta masyarakatnya. Oleh karena itu melalui peresmian Desa wisata ini, diharapkan masyarakat Desa Pela agar terus berupaya.

mewujudkan sadar wisata, dengan menerapkan program Sapta Pesona. Yakni memujudkan lingkungan desa yang aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan se- runya.

Desa Pela terus mengembangkan paket-paket wisata yang unik, kreatif dan khas Desa Pela, dengan penyediaan homestay (merupakan rumah masyarakat yang ingin disewa oleh wisatawan ) yang memenuhi standar yang telah ditetap- kan, penyajian kuliner yang nyaman, bersih dan higienis, ser- ta petugas pemandu wisata yang ramah dan mumpuni dalam mengenalkan berbagai informasi wisata di Desa Pela dan sekitarnya.

Serta peran dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) desa Pela – Pokdarwis Bakayuh, Baumbai dan Babudaya (3B) yang dibentuk sejak 2017 lalu, ini sudah mampu menghasilkan berbagai kegiatan wisata, dan memiliki aset-aset penunjang paket wisata seperti perahu motor, dan perlengkapan wisata pantai lainnya di tepi Tanjong Tamanoh, baik melalui penye- diaan dari hasil kegiatan wisata, maupun bantuan dari OPD terkait di Kabupaten Kukar dan Provinsi Kalimantan Timur. Dan berkat sentuhan dari Pokdarwis 3B Pela, kini Desa Pela menjadi salah satu destinasi wisata yang populer di sekitar Kabupaten Kutai Kartanegara.

 


  • -

MICE dan Bisnis Even ‘Pertolongan Pertama’ Bagi Pariwisata

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pandemi tahun ini menyebabkan kerugian sekitar Rp 7 triliun bagi industri pariwisata Indonesia khususnya penyelengaraan MICE (Meeting, Incentive Convention and Exhibition). Namun demikian, dalam dua bulan terakhir–mulai perlahan tapi pasti–ada harapan baru, utamanya berkat aktivitas kementerian dan pemerintah daerah melakukan kegiatan penyerapan anggaran di hotel.

Industri MICE dan perjalanan wisata terbukti menjadi pertolongan pertama (first aid) yang berkontribusi dalam perjalanan menuju pemulihan pariwisata dan pemulihan ekonomi khususnya triwulan terakhir.

photo

Hype Festival Indonesia dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia menggagas Wonders untuk mempromosikan destinasi wisata unggulan Tanah Air. – (Hype Festival)

Minggu ini (tanggal 1-3 Desember), sebuah perhelatan pertemuan bisnis berbasis virtual dan bertajuk 2nd Indonesia International MICE Expo 2020 berhasil digelar. Kegiatan ini mempertemukan seller dan buyer pada sesi bisnis One on One menggunakan flaform Jublia Business Matching menghasilkan 570 pertukaran informasi dan 146 pertemuan bisnis langsung selama 3 hari.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaran Kegiatan (Events) Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Rizki Handayani Mustafa, membuka resmi rangkaian kegiatan IIME 2020. Dia pun menyampaikan optimisme penyelenggaraan MICE kembali bergerak seiring dengan kepercayaan daripada masyarakat, khususnya dalam mengunaka fasilitas MICE termasuk di hotel yang menyosialisasikan protokol kesehatan secara ketat khususnya dukungan Kemenparekraf dengan pemberian sertifikasi CHSE ( Cleanliness Health Safety and Environment Friendly ) secara gratis.

“Kami tetap menghimbau terjadinya pertemuan walau dalam jumlah terbatas agar industri ini tetap berjalan dan kita terbiasa dalam protokol baru. Kami juga berharap dinas pariwisata daerah bekerja sama erat dengan otoritas setempat yang memberikan izin penyeleggaraan acara sesuai protokol kesehatan dalam hal pembatasan jumlah peserta dan dilakukan secara hybrid yaitu online dan offline,” katanya.

Co Founder IIME Panca R Sarungu menyampaikan, untuk membuat acara ini lebih  produktif, sistem Business Matching Jublia yang digunakan IIME 2020 mirip bahkan lebih baik dari dengan yang digunakan oleh beberapa kegiatan Virtual Internasional seperti ITB Asia Singapura dan WTM Inggirs baru-baru ini. Sistim ini, kata dia, memungkinkan pertemuan bisnis tatap muka dan fitur lanjutan lainnya.

Hanya saja, tantangan utamanya adalah membiasakan normal baru dalam diskusi secara online dengan orang baru dan beberapa hal teknis yang kedepan akan terus disempurnakan.

“Terdapat 57 perusahaan penyedia jasa MICE di Indonesia sebagai seller dan 60 buyers dari domestic dan internasional bersemangat untuk mendiskusikan rencana bisnis di tahun 2021, ada harapan dari testimoni yang diberikan dari seller dan buyer pada perhelatan 3 hari ini.  Meski dalam masa pandemi terjadi peningkatan 15 persen dari event pertama,” katanya.

Tercatat buyers yang diseleksi dan lolos kriteria buyer dari Amerika Serikat, Australia, Spanyol, Arab Saudi, Singapura, Filipina, Jerman, India, Nigeria, Belanda dan juga pelaku bisnis dari seluruh Indonesia.

Sementara Awan Aswinabawa, CEO A&T Travel Nusa Tenggara Barat menyambut baik pelaksanaan event ini dan merasakan manfaat dari pertemuan Face to face dengan pihak pembeli dari mancanegara. Untuk ini, dirinya mengapresiasi sistim business matching yang dipilih oleh penyelenggara IIME yang memungkinkan membuat jadual pertemuan, rescheduling dan bahkan presentasi ibarat bertemu langsung.

“Ini kesempatan menarik bertemu banyak calon pembeli produk wisata dari mancanegara walau secara virtual sekaligus memberikan update terbaru jika suatu saat kesempatan berwisata antar Negara dibuka kembali. Ke depan semoga event seperti ini dapat juga dilakukan di berbagai daerah tujuan Wisata MICE,” ujarnya.

Direktur Wisata Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran Kemenparekraf Masruroh, pada kesempatan sebelumnya mendukung terjadinya perjalanan oleh para korporasi. “Kami juga menginisiasi kegiatan familiarization trip untuk korporasi, yang diharapkap melihat langsung penerapan protokol CHSE sekaligus membangun kepercayaan kepada para pengambil keputusan dalam perusahaan untuk melakukan perjalanan dinas dan meeting bagi karyawan diluar kantor khususnya ke Destinasi MICE di Indonesia dengan ketentuan dan protokol kesehatan yang berlaku,” ujarnya.

Yang unik dari acara ini, kata Jim Tehusijarana, Co Founder IIME adalah dilakukan 24/7 karena perbedaan waktu seseorang pada pagi hari di London dapat bertemu dengan penjual Indonesia di Denpasar pada malam hari atau sebaliknya. Selain itu ada pertemuan bisnis presentasi yang di dukung PT Telkom Indonesia untuk memberikan kempatan berapa perusahaan melakukan bisnis presentasi.

“Kami juga dengan senang hati mengumumkan bahwa para seller dan buyer masih tetap mempergunaka fasilitas business matching hingga 7 hari ke depan, sehingga buyer dan seller masih dapat beriteraksi hingga tanggal 10 Desember,” ujarnya.

Perhelatan IIME adalah hasil yang bekerja sama dengan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta didukung oleh Asosiasi Pariwisata di Indonesia diantaranya GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia), ASITA (Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia), PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia), MASATA (Masyarakat Sadar Wisata), dan IHGMA (Indonesian Hotel General Manager Association).

IIME diorganisir bersama oleh para pelaku usaha di industri MICE yang terdiri dari AlcorMICE sebagai perusahaan yang membawahi beberapa unit usaha, salah satunya di bidang venue. Selanjutnya, RajaMICE yang merupakan perusahaan dibidang professional conference organizer, dan TripEvent sebagai perusahaan yang mengelola trip and event management company.

Sumber : https://republika.co.id/


  • -

MASATA, Pengembangan Desa Wisata Menuju 205 Desa Mandiri Tahun 2024

KAPOL.ID – Masyarakat Sadar Wisata (MASATA) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I dan Focus Grup Discussion (FGD) dengan mengusung tema “Pengembangan Desa Wisata Menuju 205 Desa Mandiri Tahun 2024”.

Acara berlangsung di Prime Park Hotel, Jalan PHH. Mustofa, Bandung, Jumat 27 November 2020.

Ketua Umum DPP MASATA, Panca Rudolf Sarungu mengatakan, Rakernas diselenggarakan untuk menyamakan persepsi dalam mendukung pariwisata berkelanjutan bagi pelaku, pemerhati dan pencinta pariwisata baik swasta maupun pemerintah untuk mewujudkan Indonesia sebagai tujuan wisata kelas dunia.

“MASATA menyambungkan kepentingan pemerintah untuk mewujudkan pariwisata Indonesia berkelas dunia dengan mengembangkan 205 Desa Wisata Mandiri sebagai program dalam menggerakkan prekonomian desa yang nantinya bisa dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa,” kata Panca.

Ketua Komisi X DPR, Syaiful Huda, menjelaskan, program Desa Wisata menjadi salah satu upaya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi baru.

Pengembangan desa wisata merupakan contoh ikhtiar pemerintah dalam menjadikan desa sebagai penyangga destinasi wisata utama maupun alternatif.

“Dengan adanya Desa Wisata Mandiri pertumbuhan ekonomi di desa akan terdorong, Melalui desa wisata, masyarakat akan terlibat. Desa-desa juga bisa menjadi sentra baru tumbuhnya pendapatan baru,” katanya

Ditempat yang sama, General Manager Divisi Business Service (HBS), PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk, Dedy, ST menjelaskan, PT Telkom Indonesia telah membuat Aplikasi MASATA agar setiap desa bisa berkomunikasi antar komunitas, Aplikasi MASATA bisa digunakan sebagai payment, transaksional sesama membernya yang betul-betul case plus

“Aplikasi MASATA berisi fitur yang dapat digunakan pembayaran dengan mesin digital, tinggal tapping transaksi menginap dihotel maupun pembayaran terselesaikan dengan praktis.” kata Dedy

Dedy berharap Aplikasi MASATA bisa memajukan Desa Wisata, khususnya obyek wisata yang memiliki tempat penginapan.

Sehingga booking engine yang dimiliki hotel dapat langsung melakukan pembayaran tanpa melalui OTA.

“Selain itu Aplikasi MASATA juga memiliki dua kepentingan, yakni dapat digunakan link dengan server engine hotel dan bisa link kepada transaksi pembayaran melalui OTA.” pungkas Dedy. ***

Sumber : https://kapol.id/


  • -

MASATA Ingin Ada Kesamaan Persepsi Dukung Pariwisata Berkelanjutan

JAKARTA – Masyarakat Sadar Wista (MASATA) ingin agar pelaku, pemerhati, dan pecinta pariwisata memiliki kesamaan persepsi dalam mendukung pariwisata berkelanjutan. Sebagai bagian integral pembangunan Indonesia, kepariwisataan harus mendorong pemerataan kesempatan berusaha dalam memberi manfaat untuk keadilan dan kesetaraan.

“MASATA berharap agar kepariwisataan mampu menjamin keterpaduan antarsektor, antar-aktor, dan antardaerah selaku pemangku kepentingan dalam sinergitas dan kolaborasi antarpihak yang menjaga keharmonisan hubungan pusat dengan daerah,” ujar Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) MASATA Panca Rudolf Sarungu dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Sabtu (28/11/2020).

Untuk diketahui, MASATA menyelenggarakan focus group discussion (FGD) bertema ‘Pengembangan Desa Wisata Menuju 205 Desa Wisata Mandiri Tahun 2024’ di Prime Park Hotel, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (27/11/2020).

Sumber : https://nasional.sindonews.com/


  • -

Menparekraf RI Wishnu Tama Buka Rakernas Masata I Bandung, PT Telkom Luncurkan Aplikasi App Masata

BANDUNG, BABELREVIEW.CO.ID — Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreafit (Menparekraf) RI Wishnu Tama menghadiri dan sekaligus membuka Rapat Kerja Nasional (Rakornas) Masyarakat Sadar Wisata (Masata).

Rakornas Masata I ini diselenggarakan di Bandung, 26 – 28 November 2020. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh DPD dan DPC Masata yang sudah terbentuk di seluruh Indonesia. Untuk Bangka Belitung, mengirimkan perwakilan dari DPD Masata Babel, DPC Belitung dan DPC Belitung Timur

Tema rapat kerja organisasi Masata yang berbasis pemberdayaan masyarakat ini adalah  “Kebangkitan Pariwisata Indonesia Melalui Strategi Pengembangan Desa Wisata Menuju 205 Desa Wisata Mandiri pada Tahun 2024”.

Ketua DPD Masata Babel Syawaludin yang hadir dalam Rakornas Masata I mengungkapkan, dalam kegiatan tersebut durumuskan program kerja Masata tahun 2021.

Berbagai program strategis dalam pemberdayaan masyarakat diformulasikan. Tujuannya tak lain adalah Masata seluruh Indonesia akan ikut berkontribusi dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas destinasi wisata di Indonesia.

Fokus program kerja Masata adalah pemberdayaan dan pengembangan Desa Wisata di seluruh daerah di Indonesia.

Diceritakan Ketua Masata Babel Syawaludin, dalam arahanyanya Menparekraf RI Wishnu Tama mengatakan, dalam membangun pariwisata berkelanjutan  dibutuhkan keterlibatan semua pihak. Masata diharapkan mampu mendorong pariwisata yang berkualitas (quality tourism).

“Yang artinya jadikan perjalanan wisata adalah perjalanan yang berkesan memuaskan wisatawan. Sehingga mereka mendapatkan pengalaman baru dengan kearifan local yang ditonjolkan,” ujar Mas Menteri, sapaan akrab Menparekraf Wishnu Tama ini.

Lebih lanjut menurut Wishu, quality tourism yang dimaksud adalah keunikan yang dimiliki oleh suatu obyek wisata dan tidak dimiliki oleh daerah lain, dan ini  harus dipertahankan, dikelola dan dipromosikan kepada masyarakat luas.

Pada konsep ini hakekatnya para wisatawan itu mencari suatu yang berbeda yang tidak ada ditempat asalnya.

“Berilah mereka pengalaman baru yang memuaskan dengan pelayanan utama pada keramahan kepada para wisatawan, agar mereka mendapatkan pengalaman baru yang menyenangkan,” tukas Mas Menteri.

Dijelaskan Wisnu, kita tidak  perlu menjadikan pariwisata seperti Singapura, Washinton dan lain-lain. Paalnya jenis pariwisata tersebut bukan karakteristik Indonesia. Wisata Indonesia adalah keunikan dan kearifan local yang bertahan secara turun menurun selama ini.

Selain Menteri Pariwisata, kegiatan Rakernas Masata I ini dihadiri Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda. Dalam presentasinya Syaiful menyambut baik kehadiran organisasi Masata.

Menurut Syaiful, Masata sangat strategis keberadaannya dalam mendukung pariwisata berkelanjutan.

“Salah satu problem pariwisata adalah pemberdayaan kesadaran masyarakat. Masyarakat harus diajak untuk berkolaborasi bersama-sama  mendukung pariwisata, sebab keberhasilan pariwisata ini akan diukur seberapa jauh kebermanfaatannya kepada masyarakat, dan ekonominya semakin meningkat. Sejauh masyarakat belum menikmati kehidupan yang sejahterah, maka pariwisata perlu kita pertanyakan tingkat keberhasilannya,” ungkap Syaiful.

Rakernas Masata I ini bekerjasama dengan PT Telkom, yang diikuti dengan meluncurkan program aplikasi MASATA. Aplikasi ini adalah hibah PT Telkom dalam rangka mendukung pariwisata Indonesia.

Saat ini ada 32 juta wisatawan, dan jumlah ini merupakan angka yang sangat potensial.

Dalam aplikasi Masata ini, semuanya sudah dapat diakses dalam satu produk digital, baik berkenaan dengan lokasi pariwisata, produk unggulan, SDM, pemasaran pariwisata, bahkan penjualan tiket event, applikasi ini dinamakan App Masata. (BBR)
Sumber: Ketua Masata Babel