
Menghitung Kontribusi Sektor Pariwisata Bagi Ekonomi RI
Category : Berita Pariwisata
Pemerintah menggelontorkan beragam insentif untuk meredam dampak virus corona terhadap perekonomian domestik. Sebagian besar insentif diarahkan untuk menyokong sektor pariwisata mulai dari diskon penerbangan domestik hingga pembebasan pajak hotel dan restoran.
Maklum, sektor pariwisata disebut terkena pukulan paling kencang dari wabah yang berasal dari Kota Wuhan, China itu. Padahal, sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang memiliki efek berganda (multiplier effect) terbesar dalam perekonomian.
Sebab, sektor pariwisata ditopang oleh beragam subsektor mulai dari transportasi, akomodasi, hingga industri usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Berdasarkan Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2018, kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian masih satu digit. Pada 2018, porsi pariwisata terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) cuma 5,25 persen. Perlu tiga tahun untuk meningkatkan kontribusinya sebesar 1 persen, yaitu dari 4,25 persen pada 2015.
Di tahun yang sama, realisasi investasi sektor pariwisata mencapai US$1,6 miliar atau 80,43 persen dari target yang dicanangkan pemerintah kala itu, US$2 miliar.
Kendati demikian, sumbangan devisa dari sektor pariwisata terus meningkat. Pada 2018, devisa sektor pariwisata mencapai Rp229,5 triliun atau meningkat 15,4 persen secara tahunan.
Penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata juga kian menanjak. Berdasarkan data Kemenparekraf, penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata mencapai 12,7 juta orang atau sekitar 10 persen dari total penduduk Indonesia yang bekerja.
Peluang sektor pariwisata untuk berkembang di Indonesia juga masih besar. Maklum, jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia masih relatif kecil dibanding negara lain.
Tahun lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia 16,1 juta atau hanya meningkat 1,88 persen dibandingkan 2018. Sebagai pembanding, tahun lalu, jumlah kunjungan turis asing Thailand mencapai 39 juta. Tahun lalu, Malaysia cuma butuh sembilan bulan untuk menembus angka 20 juta kunjungan.
Tak ayal, pemerintah berjibaku untuk meningkatkan kinerja sektor pariwisata. Salah satunya dengan menciptakan 10 destinasi pariwisata unggulan di antaranya Danau Toba, Labuan Bajo, dan Candi Borobudur. Namun, upaya itu tersandung di awal tahun setelah wabah virus corona merebak.
Untuk mengantipasi penyebaran virus, pemerintah sudah menutup penerbangan dari dan ke China sejak 5 Februari 2020 lalu. Aktivitas pariwisata warga asing yang menurun menyebabkan tingkat okupansi hotel merosot di sejumlah daerah unggulan.
Di Bali, misalnya, wabah virus corona menyebabkan keterisian atau okupansi hotel anjlok 60-80 persen, terutama di kawasan favorit wisatawan China, seperti Nusa Dua, Legian, dan Kuta.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama sebelumnya menaksir wabah virus corona berisiko merugikan sektor pariwisata RI hingga US$4 miliar atau sekitar Rp54,6 triliun jika terjadi selama setahun.
Sekitar US$2,8 miliar atau sekitar Rp38,2 triliun di antaranya berasal dari hilangnya pemasukan devisa wisatawan dari China. Sebagai catatan, rata-rata kunjungan turis China ke Indonesia mencapai 2 juta kunjungan per tahun dengan rata-rata pengeluaran US$1.400 per kunjungan.
Sumber : https://www.cnnindonesia.com/