Nikmati Pesona Sungai, Danau, Rawa, Tanjung, Pesut dan Kehidupan Nelayan Di Pela dan Sekitarnya

  • -

Nikmati Pesona Sungai, Danau, Rawa, Tanjung, Pesut dan Kehidupan Nelayan Di Pela dan Sekitarnya

Desa Pela yang berada di kecamatan Kotabangun, Kabupaten Ku- tai Karatnegara, Provinsi Kalimantan Timur adalah sebuah desa yang unik, karena berada dalam irisan antara Sungai Pela, Danau Semayang dan hamparan rawa. Berada dalam pertemuan 3 ekosistem air maka Desa Pela mempunyai kelimpahan keanekaragaman hayati berbasis air.

Salah satu yang paling besar adalah keberadaan Pesut Mahakam. Desa Pela memperkuat diri sebagai Kampung Nelayan (air tawar) dan mengembangkan diri menjadi Desa Wisata adalah sebuah pilihan yang tepat bagi desa ini untuk membangun masa depan dan keberlanjutan masyarakatnya.

Tentu yang dibangun adalah wisata dengan minat khusus yaitu ekowisa- ta. Wisata yang berbasis pada alamnya yaitu Sungai, Danau dan Rawa. Dan bukan semata pada keindahan atau kekayaannya saja melainkan juga interaksi antara warganya dengan lingkungan hidupnya yang mem- bangun nilai-nilai sosial dan kultural. Konsep pariwaisata yang diusung pada Desa Pela adalah konsep ekowisata yang bermuatan kearifan lokal dan konservasi ekologi. Ekowisata bukanlah wisata buatan atau dibuat buat.

Apa yang ditampilkan adalah realita kehidupan dan alam. Bahwa yang disebut kekayaan alam bukan sekedar untuk diekstrak, diperas ha- bis melainkan mesti dimanfaatkan secara bijak bukan sekedar sebagai penghasil uang melainkan juga pengetahuan dan kebijaksanaan.

Desa Pela sedang berjuang untuk membangun kehidupan dan kese- jahteraan bersama dengan basis ekonomi sirkular ekonomi yang tidak menghasilkan sampah dan limbah. Tentu saja ini adalah sebuah per- juangan yang tidak mudah mengingat model produksi dan konsumsi di era ini yang serba instan. Dengan jejaring dan dukungan yang coba dan telah dibangun niscaya cita cita itu akan bisa dicapai.

Kabupaten Kutai Kartanegara

Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan sebuah kabupaten di Kalimantan Timur, Indonesia. Ibu kota berada di Kecamatan Tenggarong. Kabupaten Kutai Kartanega- ra memiliki luas wilayah 27.263,10 km² dan luas perairan sekitar 4.097 km² yang dibagi dalam 18 wilayah kecamatan dan 237 desa/ kelurahan dengan jumlah penduduk menca- pai 645.817 jiwa (sensus 2014).

Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan kelanjutan dari Kabupaten Kutai sebelum terjadi pe- mekaran wilayah pada tahun 1999. Ber- dasarkan data yang ada, wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki 31 sungai besar dan kecil, Dari sungai-sungai tersebut yang tersebar dan terpanjang adalah Sungai Ma- hakam sebagai Wilayah Sungai Strategis Nasional dengan DAS meliputi DAS Ma- hakam, DAS Semboja, DAS Senipah, dan DAS Semoi.

Aliran Sungai Mahakam yang lebar dan ten- ang memberikan pengaruh yang sangat be- sar terutama bagi kegiatan sosial ekonomi masyarakat. potensi air sungai yang men- galir sepanjang sungai dan anak Sungai Ma- hakam ini dapat diakibatkan oleh penggu-naan wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang merupakan kawasan hutan, sehingga sangat berpotensi untuk daya resap air (in- filtrasi) di wilayah ini dan selanjutnya meng- hasilkan volume/debit air yang sangat besar di daerah hulu.

Bagi kepentingan sosial ekonomi dan san- itasi masyarakat, sungai/anak Sungai Ma- hakam hingga saat ini dimanfaatkan sebagai air baku bagi penyediaan air minum pen- duduk di sepanjang wilayah yang dilaluinya. Sedangkan lebar dan dalamnya sungai dija- dikan sarana esensial bagi kegiatan trans- portasi air sebagai transportasi lokal mau-pun antar wilayah (transportasi regional).

Penduduk yang bermukim di wilayah ini ter- diri dari penduduk asli (Kutai, Benuaq, Tun- jung, Bahau, Modang, Kenyah, Punan dan Kayan) dan penduduk pendatang seperti Jawa, Bugis, Banjar, Madura, Buton, Timor dan lain-lain. Pola penyebaran penduduk sebagian besar mengikuti pola transportasi yang ada. Sungai Mahakam merupakan jal- ur arteri bagi transportasi lokal. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar pemukiman penduduk terkonsentrasi di tepi Sungai Ma- hakam dan cabang-cabangnya.

Kecamatan Kota Bangun

Kota bangun merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah tengah kabupaten Kutai Kartanegara. Sebagian wilayah kecamatan Kota Bangun dibelah oleh Sungai Mahakam dan Sungai Belayan serta terletak di tepi Danau Semayang dan Danau Melintang. Pola penyebaran penduduknya pun terkonsentrasi di sepanjang sungai maupun da- nau tersebut.

Secara administratif, kecamatan Kota Bangun terb- agi dalam 20 desa yakni Benua Baru, Kedang Ipil, Kedang Murung, Kota Bangun I, Kota Bangun II, Kota Bangun III, Kota Bangun Ilir, Kota Bangun Se- berang, Kota Bangun Ulu, Liang, Liang Ulu, Loleng, Muhuran, Pela, Sarinadi, Sebelimbingan, Sedulang, Sukabumi, Sumber Sari, dan Wonosari.

Hal yang menarik dari Kota Bangun adalah wisa- ta airnya yang tersebar di beberapa wilayah pemukiman penduduk. Danau Melintang, adalah salah satunya. Tempat wisata yang begitu teduh ini menyimpan keindahan yang tiada duanya keti- ka matahari baru akan terbit dan menjelang teng- gelam.

Desa Pela – Kota Bangun

Desa Pela adalah salah satu desa di wilayah kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Desa Pela terdapat di hilir Danau Semayang, tepatnya di Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara. Desa Pela dihuni sekitar 153 KK atau 555 jiwa penduduk. Secara umum mayoritas penduduk di desa ini berasal dari Suku Banjar, Kalimatan Selatan.

Kendati demikian, warga di sana juga mahir berbahasa Kutai. Mereka hidup sebagai nelayan. Desa ini melalui Kepala Desa dan Badan Pemberdayaan Desa, telah men- canangkan Desa Pela sebagai Desa Wisata berbasis Desa Nelayan.

Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki potensi wisaya alam yang eksotik. Pengunjung bisa menikmati pemandangan sunset (ma- tahari terbenam) dan fauna endemik, Pesut Mahakam dari pinggir Danau Semayang.

Konsep Desa Wisata

Daya tarik utama dari sebuah Desa Wisata adalah kehidupan warga desa yang unik dan tidak dapat ditemukan di perko- taan. Wisata pedesaan merupakan aktivitas yang dilakukan disuatu Desa Wisata. Inti utama dari wisata pedesaan ada- lah aktivitas warga pedesaan yang unik. Wisata pedesaan memberikan kesempatan masyarakat kota untuk mengenal kehidupan pedesaan melalui aktivitas-aktivitas tersebut. Wisata pedesaan mampu memberikan manfaat sosial bagi masyarakat desa seperti kesempatan untuk berinteraksi dengan orang dari luar desa, kemampuan untuk bersosialisa- si, dan membuka wawasan lebih luas mengenai dunia. Selain itu, wisata pedesaan juga mampu memberikan keuntungan secara ekonomi.

Seiring berkembangnya waktu dengan meluasnya definisi pariwisata, daerah tujuan wisata juga semakin berkembang. Salah satu daerah tujuan wisata yang menjadi alternatif bagi wisatawan yang penat dan bosan dengan hiruk pikuk kehidupan perkotaan serta penurunan kualitas lingkungan kota, adalah pariwisata pedesaan atau yang biasa disebut desa wisata.

Desa wisata dibentuk dengan mengedepankan gaya hidup dan kualitas dan kebudayaan hidup masyarakatnya serta pel- ibatan masyarakat setempat dan pengembangan mutu pro- duk desa wisata tersebut. Desa wisata dibangun dengan kon- sep kembali ke alam serta menawarkan pengalaman tentang kehidupan masyarakat yang lebih alami serta menampilkan kekayaan kebudayaan daerah setempat.

Pela Sebagai Desa Wisata

Bupati Kutai Kartanegara Bapak Edi Damansyah, meresmi- kan Desa Pela sebagai Desa di Kabupaten Kutai Kartanega- ra. Peresmian itu dilaksanakan di tepi Danau Semayang Desa Pela Kecamatan Kota Bangun, pada hari Minggu 16 Juni 2019 tempo lalu yang ditandai dengan penandatanganan Prasas- ti. Bupati Edi Damansyah menyampaikan rasa bangga, dan apresiasi yang kepada Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Pela, yang telah mampu membangun komunikasi dan kerjasama yang baik dengan unsur Pemerintahan Desa Pela, baik Pemerintah Desa maupun Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan lembaga Desa lainnya, sehingga acara itu dapat berlangsung dengan baik.

Dengan sinergi dan dukungan yang kuat dari Kepala Desa, lembaga masyarakat desa dan segenap warga masyarakat lainnya, menjadi modal dasar yang mengantarkan Pela men- jadi Desa Wisata ke-tiga yang diresmikan di Kabupaten Kukar, setelah Desa Sumber Sari Kecamatan Loa Kulu pada 2014 dan Desa Kedang Ipil Kecamatan Kota Bangun pada 2016.

Kegiatan pembinaan dan pendampingan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten, Dinas Pariwisata dan Kampus Politeknik Negeri Samarinda lebih merupakan peletak dasar dan pendampingan bagi spirit pengembangan Desa Wisata. Terwujudnya Desa Wisata ini sangat dipengaruhi oleh keak- tifan dan semangat membangun desa, dari jajaran lembaga penggerak masyarakat desa beserta masyarakatnya. Oleh karena itu melalui peresmian Desa wisata ini, diharapkan masyarakat Desa Pela agar terus berupaya.

mewujudkan sadar wisata, dengan menerapkan program Sapta Pesona. Yakni memujudkan lingkungan desa yang aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan se- runya.

Desa Pela terus mengembangkan paket-paket wisata yang unik, kreatif dan khas Desa Pela, dengan penyediaan homestay (merupakan rumah masyarakat yang ingin disewa oleh wisatawan ) yang memenuhi standar yang telah ditetap- kan, penyajian kuliner yang nyaman, bersih dan higienis, ser- ta petugas pemandu wisata yang ramah dan mumpuni dalam mengenalkan berbagai informasi wisata di Desa Pela dan sekitarnya.

Serta peran dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) desa Pela – Pokdarwis Bakayuh, Baumbai dan Babudaya (3B) yang dibentuk sejak 2017 lalu, ini sudah mampu menghasilkan berbagai kegiatan wisata, dan memiliki aset-aset penunjang paket wisata seperti perahu motor, dan perlengkapan wisata pantai lainnya di tepi Tanjong Tamanoh, baik melalui penye- diaan dari hasil kegiatan wisata, maupun bantuan dari OPD terkait di Kabupaten Kukar dan Provinsi Kalimantan Timur. Dan berkat sentuhan dari Pokdarwis 3B Pela, kini Desa Pela menjadi salah satu destinasi wisata yang populer di sekitar Kabupaten Kutai Kartanegara.

 


  • -

PIATM 2020 Beri Semangat Baru Bagi Dunia Wisata

ASKARA – Sejumlah assosiasi pariwisata mendukung wisata virtual bertajuk PATA Indonesia Adventure Travel Mart 2020 (PIATM 2020) pada 12-13 November 2020 dipusatkan di lokasi wisata Tanjung Lesung.

Ketua Assosiasi Pendaki Gunung Indonesia (APGI) Cecilia Vita menuturkan, 10 tahun terakhir wisata petualangan khususnya gunung menjadi salah satu yang diminati para petualang domestik dan mancanegara.

“Tingkat kunjungan di kawasan pendakian menjadi sangat tinggi karena keinginan pendaki yang ingin melihat indahnya Indonesia,” tutur Cecilia Vita dalam keterangannya, Kamis (12/11).

Tidak hanya gunung-gunung di Pulau Jawa saja yang kerap dibanjiri pendaki, bahkan sampai gunung di ujung Sabang (Gunung Leuser) ke gunung di Papua (Gunung Carstenz).

“Para Tour Operator, atau pebinis wisata petualangan, berlomba meningkatkan kualitas perjalanannya, dan mensertifikasi para pemandunya,” kata Cecilia Vita.

Dia menjelaskan, PATA Indonesia Adventure Travel Mart 2020 memberikan harapan baru, semangat baru, nafas baru bagi dunia usaha wisata petualangan khususnya gunung. Para pengusaha wisata dibukakan lagi peluang untuk membentuk pasar baru yang disesuaikan dengan kondisi pandemi Covid-19.

Ketua PB Federasi Arung Jeram Indonesia Amalia Yunita mengemukakan, sektor pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi paling terpuruk akibat pandemi.

Salah satu sub sektor dalam parowisata wisata arung jeram yang sudah dikenal di Indonesia. Wisata arung jeram mayoritas berada di lingkungan yang masuk dalam zona hijau Covid-19.

“Diharapkan wisata ini dapat kembali tumbuh, dengan adanya protokol CHSE dengan label I do Care,” tutur Amalia.

Asosiasi lain turut mendukung event itu di antaranya GIPI, PHRI, IHGMA, ASTINDO, ASITA, MASATA, CMSI, GAHAWISRI, IAATA, PUWSI, dan PUWSI.

PB FAJI mendukung adanya PATA Adventure Travel Mart 2020 sebagai salah satu inisiatif untuk kembali menggerakkan pariwisata khususnya wisata petualangan selama dekade terakhir meningkat pesat.

Event ini merupakan kolaborasi PATA Indonesia dengan Raja MICE didukung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan  Pemerintah Kabupaten Dairi sebagai partner destinasi dan asosiasi pariwisata.

Sumber : https://www.askara.co/


  • -

Dear Wishnutama, Pramuwisata Menanti Kepastian Kartu Pra Kerja

Jakarta -Di tengah corona, Kartu Pra Kerja dijanjikan oleh Kemenparekraf untuk membantu pekerja industri. Hingga kini, pramuwisata pun masih menanti kejelasan.

Untuk membantu para pekerja industri pariwisata yang terdampak corona, Kemenparekraf hingga DPR mengeluarkan anggaran darurat berjumlah 1 triliun rupiah. Hal itu menurut Wakil Ketua Komisi X DPR RI Pendidikan dan Pariwisata, Dede Yusuf dalam Webinar yang diadakan oleh Indonesian Food & Beverage Executive Association (IFBEC) dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) pada Kamis lalu (9/4).

Diungkapkan olehnya, selama masa pandemi ada beberapa fase yang akan masyarakat lalui. Fase yang pertama, yaitu yang sekarang sedang dialami berupa tanggap darurat.

“Untuk tanggap darurat saat ini realokasi untuk anggaran yang diambil pariwisata adalah 500 miliar untuk memberikan pelatihan-pelatihan pekerja pariwisata untuk masa kosong seperti ini dan mendukung kartu pra kerja dari karyawan PHK atau pekerja honorer yang mendapat uang harian,” kata Dede.

Sementara itu, pada Selasa (7/4) Deputi Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Fajar Utomo, mengatakan bahwa Kemenparekraf menjaring 55 ribu-80 ribu tambahan orang untuk mendapatkan Kartu Pra Kerja. Ia optimistis bisa segera menambah 120 ribu orang lagi untuk bisa didaftarkan ke dalam Kartu Pra Kerja.

Sekilas, anggaran darurat berjumlah hingga 1 triliun rupiah hingga Kartu Pra Kerja yang dijanjikan pemerintah dan lembaga terkait memang cukup menjanjikan. Hanya bagi kalangan pramuwisata dan tour leader, masih membingungkan.Sementara itu, pada Selasa (7/4) Deputi Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Fajar Utomo, mengatakan bahwa Kemenparekraf menjaring 55 ribu-80 ribu tambahan orang untuk mendapatkan Kartu Pra Kerja. Ia optimistis bisa segera menambah 120 ribu orang lagi untuk bisa didaftarkan ke dalam Kartu Pra Kerja.

“Kemenparekraf menawarkan Kartu Pra Kerja, tapi kami kan terus terang masih bingung. Apa itu kartu Pra Kerja? Karena apa yang ada di benak teman-teman adalah uang cash BLT, Bantuan Langsung Tunai, tapi itukan kayaknya gak mungkin,” ujar Ketua DPP Himpunan Pramuwisata (HPI) Jakarta, Revalino Tobing atau akrab disapa bang Lino pada detikcom via sambungan telepon, Senin (20/4/2020).

Lino pun mengatakan, kalau pihaknya dan pengurus pusat telah mendaftarkan seluruh pramuwisata dan tour leader yang terdampak virus corona ke Kemenparekraf. Hanya belum ada kejelasan.

“Sementara Kemenparekraf minta pada DPP Pusat, daftar nama anggota lengkap dengan NIKnya penduduk KTP lain-lain. Itu sdah kami kumpulkan hampir 10 ribu orang. Karena anggota seluruh Indonesia hampir 12 ribuan. Sudah kita berikan, tapi gak ada kabar,” ujar Lino.

Hanya diakui Lino, sudah ada perwakilan dari Kemenparekraf yang telah mengontaknya untuk memberi bantuan lewat program yang disebutnya padat karya. Hanya dalam pelaksanaannya, masih sulit bagi para pramuwisata.

“Masalahnya program padat karya kami ini kan pahamnya hanya pariwisata. Kami ini pemandu wisata, teman-teman juga gak semuanya punya bakat yang sama. Tahunya hanya cerita storytelling dan lain-lain. Nah, jadi tawaran atupun kalau ditanya kira-kira program apa untuk padat karya kami masih bingung,” urai Lino.

Dijabarkan Lino, program padat karya itu bervariasi dari pelatihan hingga bidang agrikultur. Hanya dirasa Lino, masih kurang tepat.

“Kecuali kalau pelatihan yang untuk meningkatkan kemampuan sang guide, kami bisa. Tapi itu pun gak semua jadi pengajar, karena dia konsepnya semua jadi pengajar. Kalau semua jadi pengajar siapa yang jadi murid? Kami ditawarkan juga untuk agrowisata, suruh naneem-nanem. Kami di Jakarta mana ada yang punya lahan,” ujar Lino.

Sebagai penyambung keindahan pariwisata Indonesia di garda terdepan, Lino yang mewakili pramuwisata dan para tour leader merasa masih kurang mendapat perhatian dari para pemangku kepentingan. Khususnya di saat sulit seperti ini.

“Sementara yang menunggu ini teman-teman se-Indonesia 12 ribu orang lebih, itu baru guide doang. Karena kami merasakan pariwisata dari segala sektor kan kami penyumbang devisa kedua terbesar di Indonesia dan jumlahnya tak sedikit. Kalau kami mati suri yang hilang uang negara pun jauh lebih banyak lagi,” pungkas Lino.Sebagai penyambung keindahan pariwisata Indonesia di garda terdepan, Lino yang mewakili pramuwisata dan para tour leader merasa masih kurang mendapat perhatian dari para pemangku kepentingan. Khususnya di saat sulit seperti ini.

Pada akhirnya, Lino pun menanti ketegasan dari para pemangku kepentingan di pucuk tertinggi industri pariwisata seperti Kemenparekraf untuk memperhatikan para bawahannya.

“Karena pada intinya pariwisata tergantung pucuk pimpinan kota atau negaranya. Kalau pariwisata ini benar-benar penting, mereka harus ingat kalau indonesia itu kaya sekali seni tradisi budaya, mereka datang ke indonesia mereka perlu guide. Supaya tahu lebih dalam lagi apa yang kita punya,” tutup Lino.

Di masa sulit ini, Lino dengan kapasitasnya sebagai ketua DPD HPI Jakarta pun terus memberi wejangan positif bagi para rekan-rekannya yang masih sama-sama berjuang. Hanya itu saja yang tersisa, entah untuk berapa lama

 

Sumber : https://travel.detik.com/